Judul buku
Pandangan Para Pakar Alkitab dan Sejarawan Pantekostal
BAHASA LIDAH
SEBAGAI BUKTI AWAL
BAPTISAN DALAM ROH KUDUS
"Pintu masuk menuju kuasa Allah"
Penulis:
Meisilo Mewengkang, M.Th
Jumlah: 80 halaman
”Baptisan dalam Roh Kudus yang disertai bahasa
lidah
sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul
seharusnya menjadi standar bagi semua orang
percaya hari ini.”
(Carl Brumback, seorang teolog dan
sejarawan pantekostal)
“Bahasa lidah merupakan tanda atau bukti fisik yang
mula-mula
ketika orang percaya dibaptis dalam Roh Kudus.”
(William
W. Menzies, guru besar Studi Alkitab dan Presiden Asia Pacifik Theological
Seminary)
“Bahasa lidah merupakan tanda keakraban
orang percaya dengan Allah”
(Simon Chan, guru besar Theologia Sistematika dan
Dekan di Trinity Theological College)
“Aku suka, supaya kamu semua
berkata-kata dengan bahasa lidah...
Sebab jika aku berdoa dengan bahasa
lidah, maka rohkulah yang berdoa...
Aku mengucap syukur kepada Allah,
bahwa aku berkata-kata dengan bahasa
lidah
lebih daripada kamu semua...”
(Paulus, rasul Kristus Yesus - 1
Korintus 14:5, 14, 18. Alkitab TB, edisi kedua, cet. pertama, 1997)
Lampiran
1
Beberapa
pakar Alkitab dan Sejarawan Pantekostal yang bukunya masuk dalam daftar
pustaka:
B.C.
Aker:
guru besar Eksegese Perjanjian Baru di Assemblies of God Theological Seminary.
Gelar BA di Central Bible College, M.A.R. di Concordia Seminary, Ph.D di Saint
Louis University. Anggota dari The Society of Pentecostal Studies.
Carl
Brumback : Sejarawan dari Assemblies of God.
Charles
Hunter (1920-...): salah seorang penginjil kesembuhan
ilahi terkemuka di dunia.
Derek
Prince (1915-2003): guru besar Filsafat Klasik dan Modern
di King’s College Cambridge, ahli bahasa dan salah satu pengajar Alkitab
terkemuka di dunia.
Gordon
D. Fee: guru besar Perjanjian Baru di Regent College dan
di Gordon-Conwell Theological Seminary. Gelar BA dan MA dari Seattle Pacific
University, DD dari Northwest University, dan Ph.D dari University of Southern
California.
Harold
Horton (1881-1969): salah seorang tokoh terkemuka dari
Pentecostal Movement, penulis buku “The Gifts of The Spirit” yang menjadi buku
wajib di sekolah-sekolah Alkitab pantekostal di Amerika, Canada dan Inggris.
H.
Vinson Synan (1934 - ...): guru besar Sejarah
Kekristenan di Oral Roberts University dan dekan di School of Divinity Regent
University. Sekjen International Pentecostal Holiness Church. Gelar BA dari
Richmond University, MA dan Ph.D dari University of Georgia.
Howard
M. Ervin (1915-2009): guru besar di Oral Robert University.
Gelar BA dan Th.B dari Eastern Baptist Theological Seminary, MA dan BD dari New
Brunswick Seminary, dan Th.D dari Princeton University.
H.I.
Lederle: guru besar Theologia Sistematika di University of
South Afrika dan Oral Robert University.
Karel
dan Elisabeth Hoekendijk: perintis dan tokoh gerakan
pantekostal di Suriname.
P.C.
Nelson: seorang guru besar Alkitab dan tokoh pantekostal
terkemuka di dunia yang menguasai 22 bahasa.
Roger
Stronstad: guru besar Alkitab dan Theologia di Summit Pacific
College. Editor The Life in The Spirit New Testament Commentary.
Russell
P. Spittler: guru besar Perjanjian Baru dan dekan
di Fuller Theological Seminary.
Simon
Chan:
guru besar Theologia Sistematika di Trinity Theological College. Gelar Ph.D
dari Cambridge University. Editor di Trinity Theological Journal.
Stanley
M. Burgess: guru besar Sejarah Kekristenan di Regent
University. Editor The Encyclopedia of Pentecostal and Charismatic Movement.
Stanley
M. Horton: guru besar Alkitab dan Theologia di Assemblies of
God Theological Seminary. Gelar M.Div dari Gordon-Conwell Theological Seminary,
S.T.M dari Harvard University, dan Th.D dari Central Baptist Theological
Seminary.
William
W. Menzies: guru besar studi Alkitab di Evangel College dan
President Asia Pacific Theological Seminary. Gelar BA dari Central Bible
College, MA dari Wheaton College dan Ph.D dari University of Iowa.
Lampiran
2
Pengakuan Iman dari beberapa gereja
kalangan pantekostal, antara lain:
GBI:
...............................................
GPdI:
.............................................
GSJA:
............................................
GIA:................................................
dan lain-lain......
Daftar Isi Buku Ini:
1. Awal
mula gerakan pantekostal di zaman modern:
a. Charles
fox Parham: foto, riwayat singkat dan pemahamannya ttg bahasa lidah
b. William
J. Seymour: foto, riwayat singkat dan pemahamannya ttg bahasa lidah
2. Penjelasan
istilah bahasa lidah, bukti awal dan baptisan dalam Roh Kudus
3. Fenomena
bahasa lidah dalam Alkitab, di luar lingkungan kekristenan dan dalam lingkungan
kekristenan
4. Hubungan
baptisan dalam Roh Kudus dengan bahasa lidah
5. Pendapat
beberapa pakar Alkitab dan sejarawan pantekostal tentang bahasa lidah
6. Tafsiran
dari beberapa ayat Alkitab yang merupakan dasar ajaran bahasa lidah bukti awal
baptisan dalam Roh Kudus:
a. Kisah
Para Rasul 2:1-4
b. Kisah
Para Rasul 8:10-12
c. Kisah
Para Rasul 10:45-46
d. Kisah
Para Rasul 19:1-6
7. Perbedaan
bahasa lidah sebagai bukti awal dan sebagai salah satu karunia Roh Kudus
8. Bahasa
lidah masih tetap berlangsung sampai kini:
a. Tafsiran
1 Korintus 13:8-10
b. tafsiran 1 Korintus 14:5,18,39
9. Manfaat
bahasa lidah sebagai bukti awal
10. Lampiran-lampiran:
a. Pengakuan
iman beberapa gereja kalangan pantekostal
b. Biodata
singkat beberapa pakar Alkitab yang bukunya masuk daftar pustaka
Ringkasan
dari materi buku saya yang akan dicetak (20 hlm dari 90 hlm)
Pendahuluan
Belasan
tahun yang lalu, seorang mahasiswa di sebuah sekolah tinggi perikanan (sebut
saja Richard) terlibat diskusi dengan rekannya (sebut saja Yakob) tentang
fenomena bahasa lidah. Richard berasal dari kalangan bukan pantekostal,
sedangkan Yakob adalah seorang aktivis dari kalangan pantekostal. Diskusi ini
berjalan cukup alot, tapi dalam suasana persahabatan.
Setelah
berlangsung selama satu bulan, Richard masih kurang puas dengan keterangan dari
Yakob, sehingga Richard memutuskan untuk mengikuti ibadah di beberapa gereja
dari kalangan pantekostal. Jadi pada hari minggu Richard beribadah di
gerejanya, pada hari lain ia beribadah di gereja pantekostal.
Sampai
suatu ketika Richard berkeinginan untuk mendapatkan apa yang disebut dengan
bahasa lidah. Setiap ada altar call di kebaktian-kebaktian ataupun di KKR,
Richard selalu maju altar call, dengan harapan ia mendapatkan bahasa lidah.
Lima bulan sudah berlalu, tetapi bahasa lidah belum juga ia dapatkan. Akhirnya
keinginan Richard untuk mendapatkan bahasa lidah surut, walaupun selain hari
minggu ia tetap aktif beribadah di gereja-gereja pantekostal.
Pada
suatu ketika Richard mengikuti ibadah KKR di Istana Kana. Kotbah sudah hampir
selesai ketika Richard merasakan tubuhnya menggigil kedinginan, padahal selama
ibadah yang sudah berlangsung sekitar satu setengah jam, ia tidak mengalami
kedinginan. Awalnya Richard menganggap bahwa mungkin AC ruangan ibadah menjadi
lebih dingin, tetapi rasa menggigilnya semakin kuat, sementara beberapa
rekannya yang ibadah sama-sama tidak merasakan apa-apa.
Akhirnya
saat altar call Richard maju, daripada menggigil di kursi, padahal sudah
beberapa kali Richard tidak mau maju altar call lagi, karena tidak mendapatkan
bahasa lidah. Saat tiba di depan dan bersama-sama memuji Tuhan, tiba-tiba
Richard merasa ada yang menumpangkan tangan di kepalanya (mungkin salah satu
hamba Tuhan yang termasuk tim dari si pengkotbah), saat itu juga Richard merasa
tubuhnya rebah ke belakang, ia sadar bahwa ubin lantai dari keramik dan kalau
jatuh, minimal kepala benjol atau tubuh memar, tetapi Richard memasrahkan saja
dirinya jatuh ke lantai. Saat jatuh di lantai bibirnya tiba-tiba terasa tebal
dan mulutnya mengucapkan kata-kata yang tidak ia mengerti secara cepat. Dan
saat itu juga muncul perasaan sukacita dan kedamaian yang luar biasa yang
Richard rasakan, sehingga ia tidak memperdulikan lagi keadaan di sekelilingnya,
tapi ingin tetap berada dalam luapan perasaan sukacita tersebut.
Entah
berapa lama Richard terbaring di lantai, tetapi ketika ia bangun dari lantai,
orang-orang yang bersama-sama maju altar call sudah kembali ke tempat duduk
masing, hanya tinggal Richard seorang diri di lantai. Beberapa hari kemudian
saat mengikuti kuliah, Yakub menjelaskan kepada Richard bahwa Richard sudah
mengalami apa yang ia dambakan selama lima bulan lebih, yakni bahasa lidah
tanda bahwa Richard sudah mengalami baptisan dalam Roh Kudus. Keterangan yang
sama Richard peroleh juga dari beberapa hamba Tuhan dari kalangan pantekostal yang ia jumpai.
Beberapa
pertanyaan yang dilontarkan oleh Richard kepada Yakub sebelum ia mengalami
baptisan dalam Roh Kudus yang ditandai dengan berkata-kata dalam bahasa lidah,
antara lain:
-
Apa arti bahasa lidah?
-
Apakah tujuan dan manfaat dari bahasa
lidah?
-
Apakah setiap orang percaya harus
berbahasa lidah?
-
Apakah baptisan dalam Roh Kudus itu?
-
Apakah baptisan dalam Roh Kudus selalu
ditandai berkata-kata dengan bahasa lidah?
-
Apakah bahasa lidah masih tetap
berlangsung sampai saat ini?
-
Bagaimana cara mendapatkan bahasa lidah?
-
Apakah Alkitab menjelaskan tentang
bahasa lidah dan baptisan dalam Roh Kudus?
Richard
hanya salah satu dari sekian banyak orang Kristen yang menanyakan hal-hal
tersebut di atas. Melalui studi lapangan dan studi kepustakaan yang cukup
komprehensif, penulis berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas
secara sederhana, jujur, tidak mengurangi rasionalitas dan ditinjau dari segi
teologis-historis-alkitabiah.
Sebelum
menguraikan tentang bahasa lidah sebagai bukti atau tanda awal dari baptisan
Roh Kudus, maka akan dijelaskan terlebih dahulu secara singkat awal mula
gerakan pantekostal di zaman modern ini. Hal ini disebabkan baptisan dalam Roh
Kudus yang ditandai dengan bahasa lidah sebagai bukti awal adalah salah satu
ajaran terpenting dari gerakan pantekostal.
Kalangan
pantekostal mengakui dua orang tokoh telah menjadi pemrakarsa dari gerakan
pantekostal di zaman modern (pentecostal
movement), bahkan salah satunya disebut sebagai Bapak Gerakan Pantekostal
Modern.
1.
Awal
Mula Gerakan Pantekostal di Zaman Modern (Pentecostal Movement)
Awal mula gerakan pantekostal di zaman modern (pentecostal movement) tidak terlepas
dari pekerjaan Roh Kudus melalui dua orang tokoh (hamba Tuhan) yang menjadi
pemrakarsa gerakan pantekostal di zaman modern. Mereka adalah Charles Fox
Parham dan William Joseph Seymour.
Kalangan pantekostal di seluruh dunia mengakui bahwa
kedua tokoh tesebut adalah pelopor atau pemrakarsa dari gerakan pantekostal di
zaman modern, dimana salah satu ajaran mereka yang terpenting adalah tentang
baptisan dalam Roh Kudus yang disertai atau ditandai dengan berkata-kata dalam
bahasa lidah sebagai bukti alkitabiah (biblical
evidence) yang seharusnya dialami oleh orang percaya.
1.1
Charles
Fox Parham (4 Juni 1873 - 29 Januari 1929).
Menurut
Aritonang (1995:174), seorang guru
besar bidang sejarah gereja dan Rektor di STT Jakarta, awal gerakan pantekostal
di zaman modern ini terjadi di kota Topeka, Kansas, AS.
Gerakan
ini dipelopori oleh pendeta Charles Fox Parham. Hal senada juga diungkapkan
oleh Hollenweger (1972), Spittler (1988) dan Brunner (1970). Parham disebut juga sebagai Bapak gerakan
pantekostal modern (the father of
pentecostal movement).
Pada
tahun 1990 ia mendirikan sekolah Alkitab Bethel di Topeka. Melalui pendalaman
Alkitab yang intensif dan kontinue serta didukung doa, maka para siswa sekolah
Alkitab Bethel menyimpulkan bahwa kehadiran Roh Kudus adalah langkah utama
untuk memenuhi panggilan sebagai penginjil.
Pada
awalnya Parham adalah seorang pendeta dari gereja Metodis Episkopal, tetapi
kemudian Parham meninggalkan gereja tersebut dan mempelajari lebih dalam lagi
tentang penyembuhan ilahi, baptisan roh dan api dari beberapa hamba Tuhan yang
melakukan pelayanan tersebut.
Pada
tanggal 1 Januari 1901, Agnes N. Ozman meminta Parham untuk menumpangkan tangan
dan berdoa baginya agar ia memperoleh baptisan dalam Roh Kudus. Tiba-tiba Agnes
Ozman bisa berbahasa Cina, suatu bahasa yang tidak pernah dipelajarinya.
Menurut
cerita saksi mata, ada lingkaran cahaya pada wajah dan kepala Ozman. Beberapa
waktu kemudian para siswa sekolah Alkitab Bethel mengalami baptisan dalam Roh
Kudus yang disertai bahasa lidah sebagai biblical
evidence (bukti alkitabiah). Parham juga adalah pendiri dari Apostolic Faith Mission.
Menurut
Goff (1988), di kemudian hari
kalangan pantekostal menyatakan tanggal 1 Januari 1901 sebagai awal gerakan
pantekostal di zaman modern.
Di
kemudian hari, Parham menjelaskan keyakinannya tentang beberapa keunikan dari
gerakan pantekostal, antara lain:
-
Bahwa pengalaman kontemporer seharusnya
identik dengan kekristenan pada zaman para Rasul.
-
Bahwa bahasa lidah adalah bukti yang
tidak dapat dibantah dari baptisan dalam Roh Kudus.
-
Bahwa karunia bahasa lidah akan
memperlengkapi para penginjil di akhir zaman ini.
1.2
William
Joseph Seymour (2 Mei 1870 - 28 September 1922).
Bishop
W.J. Seymour adalah seorang keturunan Afrika-Amerika yang dilahirkan dari orang
tua yang bekerja sebagai budak pada zaman itu. Tahun 1905 saat di Texas, ia
pertama kali mendengar ajaran pantekostal dan akhirnya belajar di sekolah
Alkitab yg didirikan oleh Charles Parham. Di kemudian hari, Seymour menjadi
seorang pendeta dari Apostolic Faith
Mission yang didirikan oleh Charles F. Parham. Seymour memulai pelayanannya
di Azusa Street, Los Angeles. California. Disanalah pelayanan Seymour semakin
berkembang.
Pada
suatu ketika William J. Seymour mengalami baptisan dalam Roh Kudus yang
disertai bahasa lidah sebagai bukti alkitabiah. Seymour membangun kepercayaan
akan bahasa lidah sebagai pengesahan dari karunia Roh Kudus.
Pada
tanggal 9 April 1906 di LA, California, setelah Seymor berkotbah tiga hari
berturut-turut, khususnya tentang baptisan dalam Roh Kudus, maka terjadilah
fenomena baptisan dalam Roh Kudus yang disertai berkata-kata dalam bahasa lidah
kepada peserta yang hadir.
Peristiwa
ini sampai menggemparkan wilayah pantai barat AS dan akhirnya di seluruh AS.
Karena jumlah peserta yang mengikuti kebaktian yang dipimpin Seymour semakin
banyak, maka mereka menyewa tempat bekas gedung gereja Metodis di Azusa Street.
Di tempat inilah perkumpulan yang didirikan Seymour semakin berkembang,
sehingga Seymour disebut sebagai Bapak kebangunan rohani Azusa Sreet (the father of Azusa Street Revival).
Di
kemudian hari kalangan pantekostal mengakui William Joseph Seymour sebagai pemrakarsa
dari gerakan pantekostal di zaman modern, sama seperti Charles Fox Parham.
2.
Istilah
Bahasa Lidah
2.1
Etimologi
bahasa lidah
Ada
beberapa istilah yang berhubungan dengan bahasa lidah, antara lain glossolalia yang berasal dari bahasa
Yunani glossa dan laleo. Glossa mempunyai dua arti umum, yaitu:
Pertama;
‘lidah’ salah satu dari alat tubuh untuk merasai (bandingkan Lukas 16:24) dan
juga alat untuk berbicara (bandingkan Mazmur 5:10; Yakobus 3:5-9).
Kedua;
‘bahasa’ sistem perkataan-perkataan yang dipergunakan oleh bangsa atau kelompok
tertentu (bandingkan Yesaya 45:23; Kisah Para Rasul 2:6,11; Wahyu 5:11). Laleo berarti ‘berkata-kata’ atau’
berbicara’. Jadi glossolalia berarti
pembicaraan atau percakapan dengan lidah (bandingkan Moulton dan Milligan 1972,
Jones dan McKenzie 1948).
Adapula
istilah xenolalia atau xenoglossia
yang berasal dari bahasa Yunani xenos
yang berarti ‘asing’, ‘tidak biasa atau ‘luar biasa dan laleo yang berarti ‘berkata-kata’. Jadi xenolalia adalah berkata-kata dengan suatu bahasa yang tidak
diketahui oleh si pembicara dan merupakan salah satu dari 3000 bahasa yang
dikenal di dunia (lihat Kisah Para Rasul 2:4).
Dalam
Alkitab bahasa Indonesia kata glossolalia
diterjemahkan dalam beberapa istilah, antara lain: bahasa roh (Alkitab TB, edisi
pertama, 1974), bahasa ajaib (Alkitab BIS, edisi kedua, cetakan kedua, 1995)
dan bahasa lidah (Alkitab TB edisi kedua, cetakan pertama, 1997).
Menurut David Baker seorang guru besar Perjanjian
Lama (pernah menjadi dosen PL dan Bahasa Ibrani di STT Jakarta), istilah bahasa
roh dan bahasa ajaib merupakan suatu tafsiran, sedangkan terjemahan yang lebih
tepat sesuai dengan kata aslinya adalah ‘bahasa lidah’ (bandingkan dalam bahasa
Inggris speaking in tongues).
2.2
Bahasa
lidah dalam Alkitab
Beberapa ayat Alkitab yang merupakan bukti keberadaan fenomena bahasa lidah dalam jemaat
Perjanjian Baru atau gereja perdana, antara lain:
Markus
16:17
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“Tanda-tanda
ini akan menyertai orang-orang yang percaya;... mereka akan berbicara dengan bahasa-bahasa yang baru
bagi mereka...”
Alkitab BIS (sekarang
disebut BIMK), edisi kedua, cetakan kedua, 1995:
“Sebagai
bukti bahwa mereka percaya,.. mereka akan berbicara
dalam bahasa-bahasa yang mereka tidak kenal...”
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi pertama, 1974:
“Tanda-tanda
ini akan menyertai orang-orang yang percaya:... mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru
bagi mereka...”
The New King James
Bible, 1979:
“And
these signs will follow those who believe:...they will speak with new tongues...”
Nederlands
Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“Als
tekenen zullen deze dingen de gelovigen volgen:... in nieuwe tongen zullen zij spreken...”
Kisah
Para Rasul 2:4
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“...
dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa
lain...”
Alkitab BIS, edisi
kedua, cetakan kedua, 1995:
“...
dan mulai berbicara dalam bermacam-macam
bahasa lain...”
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi pertama, 1974:
“...
mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa
lain...”
The New King James
Bible, 1979:
“...and
began to speak with other tongues,..”
Nederlands
Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“...met
andere tongen te spreken...”
Kisah
Para Rasul 10:46
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“Sebab
mereka mendengar orang-orang itu
berkata-kata dalam bahasa lidah...”
Alkitab BIS, edisi
kedua, cetakan kedua, 1995:
“Sebab
mereka mendengar orang-orang itu berbicara
dalam pelbagai bahasa...”
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi pertama, 1974:
“Sebab
mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata
dalam bahasa roh...”
The New King James
Bible, 1979:
“for
they heard them speak with tongues...”
Nederlands
Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“want
zij hoorden hen spreken in tongen...”
Kisah
Para Rasul 19:6
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“...dan
mulailah mereka berkata-kata dalam
bahasa lidah...”
Alkitab BIS, edisi
kedua, cetakan kedua, 1995:
“...lalu
mereka mulai berbicara dalam bahasa-bahasa
yang aneh...”
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi pertama, 1974:
“...dan
mulailah mereka berkata-kata dalam
bahasa roh...”
The New King James
Bible, 1979:
“...and
they spoke with tongues...”
Nederlands
Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“...en
zij spraken in tongen...”
1.Korintus
12:10
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi kedua, 1997:
“...karunia
untuk berkata-kata dengan bahasa lidah...”
Alkitab BIS, edisi
kedua, cetakan kedua, 1995:
“...kesanggupan
untuk berbicara dengan berbagai bahasa
yang ajaib...”
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi pertama, 1974:
“karunia
untuk berkata-kata dengan bahasa roh...”
The New King James
Bible, 1979:
“...different kinds of tongues...”
Nederlands
Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“...
allerlei tongen...”
1.Korintus
12:28
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“...untuk
berkata-kata dalam berbagai jenis bahasa
lidah...”
Alkitab BIS, edisi
kedua, cetakan kedua, 1995:
“...untuk
berbicara dengan berbagai bahasa yang
ajaib...”
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi pertama, 1974:
“...untuk
berkata-kata dalam bahasa roh...”
The New King James
Bible, 1979:
“...varieties of tongues...”
Nederlands
Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“...verscheidendheid van tongen...”
1.Korintus
14:5
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“...aku
suka, supaya kamu semua berkata-kata
dengan bahasa lidah...”
Alkitab BIS, edisi
kedua, cetakan kedua, 1995:
“...alangkah
baiknya kalau saudara semua dapat berbicara
dengan berbagai bahasa yang ajaib...”
Alkitab Terjemahan
Baru, edisi pertama, 1974:
“...aku
suka, supaya kamu semua berkata-kata
dalam bahasa roh...”
The New King James
Bible, 1979:
“...I
wish you all spoke with tongues,...”
Nederlands
Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“...Ik
wilde wel, dat gij allen in tongen
spraakt,...”
2.3
Pengertian
bahasa lidah
Pengertian
bahasa lidah menurut beberapa pakar Alkitab, antara lain:
William W. Menzies,
seorang guru besar studi Alkitab di Evangel
College dan mantan Presiden Asia Pacific Theological Seminary: “...bahasa lidah adalah
berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal dan merupakan bukti dari baptisan
dalam Roh Kudus...”
R.P.
Spittler, seorang guru besar bidang Perjanjian Baru di
Fuller Theological Seminary, AS (1988:339):”...bahasa lidah biasanya
menunjukkan fenomena religius dengan membuat suara yang menyerupai suatu bahasa
yang belum dikenal oleh si pembuat suara, dan seringkali disertai kondisi
psikologis religius yang menggembirakan yang diluapkan melalui lidah yang
bersumber dari Roh Kudus...”
P.C.
Nelson, seorang guru besar yang mampu berbicara dalam 22
bahasa:”... bahasa lidah adalah suatu fenomena dimana lidah orang percaya
digunakan secara adikodrati oleh Roh Kudus yang memenuhi orang tesebut untuk
memuji perbuatan Allah yang besar...”
Elizabeth
Hoekendijk, seorang tokoh Pantekostal dari Suriname:”... orang yang berbahasa lidah
memuliakan Tuhan dengan kata-kata atau ucapan-ucapan yang akal budinya sendiri
tidak mengerti. Pada waktu orang berbahasa lidah hatinya dipenuhi dengan kasih,
damai, kegembiraan serta imannya semakin dikuatkan. Bahasa lidah diinspirasikan
oleh Roh Kudus dan merupakan bukti dari baptisan dalam Roh Kudus...”
F.
Macchia : “...bahasa
lidah merupakan usaha untuk mengekspresikan perasaan yang meluap-luap yang tak
terkatakan dengan bahasa atau kata-kata yang dikenal oleh manusia karena
mengalami baptisan dalam Roh Kudus. Bahasa lidah juga merupakan tanda keakraban
hubungan orang percaya dengan Allah...”
Donald
Stamps (1994:1766): “...berbahasa
lidah merupakan perwujudan adikodrati Roh Kudus berupa suatu ucapan bahasa (glossa) yang belum pernah dipelajari
sebelumnya (Kisah Para Rasul 2:4; 1 Korintus 14:14-15) atau mungkin ucapan yang
dikenal sebagai salah satu dari bahasa yang ada di dunia (Kisah Para Rasul
2:6-11) dan berbahasa lidah tidak dilakukan dalam keadaan kesurupan...”
Benyamin
Soriton: “...bahasa
lidah adalah ucapan-ucapan yang sifatnya adikodrati yang diberikan oleh Roh
Kudus kepada orang percaya yang mengalami baptisan dalam Roh Kudus.
Perkataan-perkataan yang diucapkan tidak pernah dipelajari sebelumnya oleh si
pembicara dan tidak dipahami oleh akal si pembicara...”
David
Watson: "...setiap bahasa pada dasarnya memakai
bermacam-macam bunyi atau suku kata sebagai alat komunikasi. Apabila roh saya
berkomunikasi atau berdoa dengan Allah yang bersifat Roh, tidak perlu saya
dibatasi kepada bunyi-bunyian yang kebetulan terdapat dalam bahasa ibu saya.
Bunyi atau suku kata apa saja boleh dipakai, asalkan benar-benar menjadi alat
komunikasi antara roh saya dengan Roh Allah... bahasa lidah bukan irrasional (tidak masuk akal), tetapi trans-rasional (melewati akal) atau supra-rasional (di atas akal).
3.
Bahasa
Lidah Sebagai Bukti Awal
Ada beberapa istilah yang muncul mengenai bahasa
lidah yang berhubungan dengan baptisan dalam Roh Kudus, antara lain:
-
Initial
evidence (bukti awal); artinya orang percaya yang dibaptis
dalam Roh Kudus ditandai dengan
berbahasa lidah sebagai bukti awal.
-
Initial
physical evidence (bukti fisik awal); kalangan gereja
sidang jemaat Allah meyakini bahwa istilah bukti awal untuk bahasa lidah tidak
cukup, tetapi yang lebih tepat adalah bahasa lidah sebagai bukti fisik awal (initial physical evidence).
Hal
ini untuk membedakan antara fenomena bahasa lidah dengan fenomena yang
menyangkut bukti perasaan (sukacita, kegembiraan, menangis, tertawa). Artinya
orang percaya yang bersukacita, menangis atau tertawa tidak berarti sudah
mendapatkan bahasa lidah (bandingkan Aker,
1988).
-
Biblical
evidence (bukti Alkitabiah); istilah bahasa lidah sebagai bukti
Alkitabiah (biblical evidence)
dicetuskan pertama kali oleh Charles Fox Parham. Parham mengatakan bahwa bahasa
lidah adalah bukti yang alkitabiah, umum dan seragam dari baptisan dalam Roh
Kudus (bandingkan Synan, 1997).
-
Ajaran bahasa lidah sebagai bukti awal baptisan dalam Roh Kudus bagi
kalangan pantekostal adalah sama pentingnya seperti ajaran jaminan kekal dari kalangan Baptis, predestinasi dari kalangan presbyterian, kesempurnaan Kristen dari kalangan Metodis.
3.1
Pandangan
beberapa pakar Alkitab tentang bahasa lidah sebagai bukti awal
- Stanley M. Horton,
seorang guru besar terkemuka dari Assemblies of God Theological Seminary
menolak bukti lain (nubuat, penyembuhan ilahi) sebagai bukti awal baptisan
dalam Roh Kudus. Menurut Horton hanya bahasa lidah satu-satunya bukti awal
baptisan dalam Roh Kudus.
-
Hal senada juga diungkapan oleh Howard Ervin seorang guru besar dari Universitas
Oral Robert dan oleh Ronald Minor
seorang tokoh terkemuka dari Church of God.
-
Menurut David Bernard, baptisan dalam Roh Kudus selalu disertai
berkata-kata dengan bahasa lidah sebagai bukti awal. Berkata-kata dengan bahasa
lidah adalah berbicara oleh pekerjaan ajaib Roh Kudus dalam bahasa yang tidak
dikenal oleh si pembicara itu sendiri.
- Harold Horton,
seorang tokoh pantekostal dari Inggris mengatakan bahwa bukti dari baptisan air
di Yerusalem, Kaisarea dan Efesus bukan iman ataupun kasih, tetapi orang yang
dibaptis menjadi basah. Sama halnya dengan bukti dari baptisan dalam Roh Kudus
di Yerusalem, Kaisarea dan Efesus, bukan iman atau kasih, tetapi orang yang dibaptis dalam Roh
Kudus berkata-kata dalam bahasa lidah.
-
Donald
Stamps menyatakan bahwa berkata-kata dalam bahasa lidah
oleh jemaat perdana zaman Perjanjian Baru dipandang sebagai tanda ilahi yang
menyertai baptisan dalam Roh Kudus.
-
Eugene
Ness,
seorang tokoh pantekostal menerangkan bahwa berdasarkan tafsiran atas Kisah
Para Rasul 2:4, maka bagi kalangan pantekostal
baptisan dalam Roh Kudus tidak dianggap sebagai suatu keperluan untuk
keselamatan, melainkan merupakan kekuatan bagi orang percaya untuk pelayanan
pekabaran Injil.
Tanpa
adanya baptisan dalam Roh Kudus yang disertai berkata-kata dalam bahasa lidah,
maka gereja tidak dapat menjadi gereja yang misioner.
-
Menurut
Ness (1997) dan Lederle (1988), rasul Petrus mengetahui bahwa Kornelius
sekeluarga dan seisi rumah telah mengalami baptisan dalam Roh Kudus bukan
melalui iman, kasih maupun buah Roh, karena sebelum mengalami baptisan dalam
Roh Kudus, Kornelius adalah seorang yang sungguh-sungguh saleh, alim dan taat
(bandingkan Kisah Para Rasul 10:2).
Rasul
Petrus mengetahui Kornelius mengalami baptisan dalam Roh Kudus karena Kornelius
berkata-kata dalam bahasa lidah (bandingkan Kisah Para Rasul 10:15; 15:8;
19:2-6). Baptisan dalam Roh Kudus selalu bersamaan dengan berkata-kata dalam
bahasa lidah.
-
Carl
Brumback menegaskan bahwa pengalaman kekristenan apostolik
dan kontemporer haruslah identik dengan bahasa lidah sebagai bukti yang tidak
terpisahkan dari baptisan dalam Roh Kudus.
Bersamaan
dengan baptisan dalam Roh Kudus, maka Roh Kudus memberi kepada orang yang
dibaptis dalam Roh Kudus kesanggupan untuk berbahasa lidah pada saat itu juga.
4.
Fenomena
Bahasa Lidah
4.1
Di
luar lingkungan kekristenan
Fenomena
bahasa lidah tidak hanya terdapat di lingkungan kekristenan, tetapi terdapat
juga di luar lingkungan kekristenan. Mereka yang dirasuk oleh sesuatu yang
ilahi, lalu berkata-kata dengan bahasa ekstatik. Dengan bahasa ekstatik itu,
mereka yakin bahwa mereka sedang bercakap-cakap dengan yang ilahi.
Beberapa
contoh fenomena bahasa lidah yang terjadi di luar lingkungan kekristenan
seperti yang disebutkan oleh Dunn (1988), Forbes (1986) dan Talaway (1986),
antara lain:
-
Dalam sebuah cerita tradisional,
diceritakan tentang Pythia, seorang imam wanita di Delphi. Pada suatu ketika
Pythia masuk ke kuil dewa Apollo, lalu ia minum air suci dan mengunyah daun
salam. Pada saat itu ia mengalami keadaan trance atau tidak sadar. Dalam
keadaan trance ia mengucapkan kata-kata ekstatik yang dicatat oleh imam-imam.
-
Celsus pada abad kedua Masehi menceritakan
tentang orang-orang yang merasa diilhami oleh yang ilahi. Mereka berkata-kata
sendiri dengan ucapan-ucapan aneh, fanatik dan tidak dipahami secara akal.
-
Dalam agama misteri, pengikut Dionysius
yang dipenuhi oleh kuasa ilahi, mengucapkan perkataan-perkataan dari yang
ilahi. Mereka dalam keadaan ekstasi atau tidak sadar ketika mengucapkan
kata-kata ilahi tersebut.
-
Dalam laporan Wenamon dari Byblos di
pantai Siria-Palestina, yang ditulis sekitar tahun 1100 sebelum Masehi,
menyebutkan tentang seorang pemuja dewa Amon yang dirasuki oleh ilah, lalu
berkata—kata dalam bahasa ekstatik.
-
Virgil yang hidup sekitar tahun 70
sebelum Masehi, menjelaskan tentang imam perempuan Sybylline di pulau Delos,
dalam keadaan ekstasi berkata-kata dalam bahasa yang kadang-kadang dimengerti
oleh orang dan kadang-kadang tidak dimengerti.
-
Di Siberia, baik laki-laki maupun
perempuan bisa dirasuki oleh roh dan berada dalam keadaan ekstasi. Dalam
keadaan ekstasi itu, mereka dapat berkomunikasi dengan roh yang merasukinya
dengan bahasa yang tidak dikenal.
-
Hal yang serupa juga terjadi di antara
orang Ainu di Jepang, orang Gung di Taiwan, orang Indian Yaruro di Venezuela,
orang Akawaio di British Guiana, orang Saoran dari Orisa di India, dan masih
banyak lagi.
Penulis
sendiri sebagai praktisi dan dosen bidang Okultisme dan Konseling yang sudah
berkeliling lebih dari 20 kota propinsi di Indonesia, sering melihat dan
mendengar bahasa ekstatik (bahasa lidah palsu) yang diucapkan oleh paranormal,
dukun, orang sakti yang sedang dirasuk oleh roh. (Hal ini diuraikan dalam buku
penulis yang berjudul Perdukunan, Ilmu
Klenik dan Kekristenan: suatu tinjauan tentang okultisme secara
teologis-historis-alkitabiah)
4.2
Di
dalam lingkungan kekristenan
Beberapa
contoh fenomena bahasa lidah yang terjadi dalam lingkungan kekristenan seperti
yang disebutkan oleh Ness (1997), Hoekema (1968), Wagner (1991), antara lain:
-
Tertulianus,
seorang bapak gereja dan teolog besar yang hidup di abad kedua Masehi
mengatakan bahwa bahasa lidah dipraktekkan oleh kaum Montanis.
-
Ireneus,
seorang bapak gereja dan teolog besar yang hidup se zaman dengan Tertulianus
mengatakan bahwa ia mendengar banyak orang Kristen di gereja berkata-kata dalam
bahasa lidah.
-
Agustinus,
seorang bapak gereja dan teolog yang hidup di abad keempat Masehi menulis bahwa
orang-orang yang bertobat akan berkata-kata dalam bahasa lidah seperti zaman
para Rasul.
-
Chrysostomos,
seorang teolog yang hidup pada akhir abad keempat menulis bahwa orang percaya
yang hidup pada zaman para Rasul akan berkata-kata dalam bahasa lidah.
-
Philip
Schaff mengatakan bahwa fenomena bahasa lidah muncul dari
waktu ke waktu, misalnya di dalam kelompok Irving (1831)
-
Fransiskus
Xaverius, seorang teolog Katolik pernah berkotbah dengan
bahasa yang tidak ia mengerti.
-
Daniel
Awery, seorang penginjil dari Amerika, pada tanggal 1
Januari 1890, sesaat setelah berdoa, Roh Allah turun atasnya dan ia mulai
berkata-kata dalam bahasa lidah. Pada tahun 1899, melalui pelayanannya dua
belas orang menerima baptisan dalam Roh Kudus dan berbahasa lidah.
-
Robert
Singleton, seorang pendeta dari Parish Mountain Holiness
Baptist di Carolina Selatan, AS mengatakan bahwa pada tahun 1905 terjadi
fenomena bahasa lidah pada beberapa orang dalam jemaatnya.
-
Pada tahun 1890-an, John Thompson, seorang pendeta dari Swedish Mission Church di
Minnesota, AS berkotbah dan kuasa Allah turun, lalu orang-orang berjatuhan dan
berbahasa lidah.
-
Pada tahun 1896, Rasmus Kristensen, seorang pendeta dari Gereja Metodis pertama di
South Dakota berkotbah dan kuasa Allah turun, orang-orang dibaptis dalam Roh
Kudus dan berbahasa lidah.
-
Pada tahun 1899, C.M. Hanson, seorang pendeta dari Minnesota dibaptis dalam Roh
Kudus dan mulai berbahasa lidah.
-
Fenomena bahasa lidah juga menyertai
pelayanan para tokoh kebangunan rohani
seperti:John Wesley, Charles G. Finney,
D.L. Moody dan lain-lain.
-
Pada awal abad keduapuluh, T.B. Barratt, seorang pendeta dari
Gereja Metodis Episkopal di Norwegia menerima baptisan dalam Roh Kudus yang
disertai berkata-kata dengan bahasa lidah.
-
Peter
Wagner seorang guru besar terkemuka bidang misi di Fuller
Thological Seminary, AS yang meyakini bahwa bahasa lidah masih tetap
berlangsung sampai saat ini.
-
Robert
Tuttle, seorang pendeta United Metodis dan dosen bidang
bahasa-bahasa Alkitab di Fuller Theological Seminary mengatakan: “...percayalah,
saya tahu apa artinya mempelajari suatu bahasa. Saya menggumuli bahasa-bahasa
Alkitab setiap hari...saya berbahasa lidah, sebab saya percaya bahwa itu suatu
bahasa. Kosa kata saya bertambah banyak. Saya dapat mengenal struktur kalimat.
Bahasa lidah saya memiliki tanda titik, koma dan tanda seru...”
-
Harald
Bredesen, seorang gembala North County Christian Centre di
California meyakini bahwa bahasa lidah memenuhi kebutuhan orang percaya akan
suatu bahasa yang baru untuk ibadah, doa dan pujian.
-
Dennis
Bennett, seorang tokoh gereja pantekostal dan kharismatik
menceritakan terjadinya fenomena bahasa lidah:
“...seorang tentara
Amerika telah menikah dengan seorang wanita Jepang yang tetap mempertahankan
kepercayaan budhisnya. Sesudah mengikuti kebaktian sore hari, mereka berdua
berlutut di hadapan meja mezbah. Wanita itu mengucapkan doa-doa agama Budha,
sedangkan si tentara berdoa kepada Tuhan Yesus. Tiba-tiba wanita Jepang itu
memegang tangan suaminya karena mendengar seorang wanita Amerika berbicara
dalam bahasa Jepang. “wanita ini,... katanya dengan suara gemetar, “bicara
kepada saya dalam bahasa Jepang. Dia berkata, “ibu sudah mencoba agama Budha
dan ibu merasa dikecewakan. Mengapa ibu tidak mencoba Yesus Kristus?”
Wanita ini tidak memakai bahasa Jepang yang biasa, tetapi dengan bahasa Jepang yang
tinggi, bahasa keagamaan. Lagi pula ia mengucapkan nama saya yang lengkap dalam
bahasa Jepang yang tidak diketahui oleh seorang pun disini...”
-
Elisabeth
Hoekendijk, seorang tokoh gereja pantekostal dari Belanda
menceritakan sebuah peristiwa di mana terjadi fenomena bahasa lidah: “Tommy
Hicks, seorang penginjil dari Amerika suatu saat berkotbah di kota Rostov,
Rusia. Ia dibantu seorang penerjemah wanita Rusia, tetapi di tengah-tengah
kotbahnya si wanita penerjemah itu menjadi marah dan menolak menerjemahkan
kesaksian tentang mukjizat-mukjizat yang diberitakan oleh Hicks. Si wanita
penerjemah itu lalu meludahi wajah Hicks dan berkata: “omong kosong ini, saya tidak
mau menerjemahkannya!” Lalu ia pun pergi meninggalkan Hicks di mimbar. Hicks
menghapus wajahnya dari ludah si wanita penerjemah, dan dalam keadaan
kebingungan, Hicks berdoa dan dengan iman mulai melanjutkan kotbahnya dengan
berkata-kata dalam bahasa lidah. Hicks melihat bahwa para pendengarnya mengerti
dan merespon yang dikatakannya, walaupun Hicks sendiri tidak mengerti sepatah
katapun yang diucapkannya. Ternyata Hicks berbicara dalam bahasa Rusia, suatu
bahasa yang belum pernah ia pelajari sebelumnya.”
URAIAN
SELENGKAPNYA ADA DALAM BUKU SAYA YANG AKAN DICETAK.............
Penulis:
Meisilo Mewengkang, M.Th