Halaman

Minggu, 29 Juli 2012

Bahasa Lidah Sebagai Bukti Awal Baptisan dalam Roh Kudus

Judul buku

Pandangan Para Pakar Alkitab dan Sejarawan Pantekostal
BAHASA LIDAH
SEBAGAI BUKTI AWAL
BAPTISAN DALAM ROH KUDUS
"Pintu masuk menuju kuasa Allah"

Penulis:
Meisilo Mewengkang, M.Th
Jumlah: 80 halaman 

 
”Baptisan dalam Roh Kudus yang disertai bahasa lidah
sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul
seharusnya menjadi standar bagi semua orang percaya hari ini.”
(Carl Brumback, seorang teolog dan sejarawan pantekostal)

“Bahasa lidah merupakan tanda atau bukti fisik yang mula-mula
ketika orang percaya dibaptis dalam Roh Kudus.”
(William W. Menzies, guru besar Studi Alkitab dan Presiden Asia Pacifik Theological Seminary)

“Bahasa lidah merupakan tanda keakraban orang percaya dengan Allah”
(Simon Chan, guru besar Theologia Sistematika dan Dekan di Trinity Theological College)

“Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa lidah...
Sebab jika aku berdoa dengan bahasa lidah, maka rohkulah yang berdoa...
Aku mengucap syukur kepada Allah,
bahwa aku berkata-kata dengan bahasa lidah
lebih daripada kamu semua...”
(Paulus, rasul Kristus Yesus - 1 Korintus 14:5, 14, 18. Alkitab TB, edisi kedua, cet. pertama, 1997)


Lampiran 1
Beberapa pakar Alkitab dan Sejarawan Pantekostal yang bukunya masuk dalam daftar pustaka:
B.C. Aker: guru besar Eksegese Perjanjian Baru di Assemblies of God Theological Seminary. Gelar BA di Central Bible College, M.A.R. di Concordia Seminary, Ph.D di Saint Louis University. Anggota dari The Society of Pentecostal Studies.
Carl Brumback : Sejarawan dari Assemblies of God.
Charles Hunter (1920-...): salah seorang penginjil kesembuhan ilahi terkemuka di dunia.
Derek Prince (1915-2003): guru besar Filsafat Klasik dan Modern di King’s College Cambridge, ahli bahasa dan salah satu pengajar Alkitab terkemuka di dunia.
Gordon D. Fee: guru besar Perjanjian Baru di Regent College dan di Gordon-Conwell Theological Seminary. Gelar BA dan MA dari Seattle Pacific University, DD dari Northwest University, dan Ph.D dari University of Southern California.
Harold Horton (1881-1969): salah seorang tokoh terkemuka dari Pentecostal Movement, penulis buku “The Gifts of The Spirit” yang menjadi buku wajib di sekolah-sekolah Alkitab pantekostal di Amerika, Canada dan Inggris.
H. Vinson Synan (1934 - ...): guru besar Sejarah Kekristenan di Oral Roberts University dan dekan di School of Divinity Regent University. Sekjen International Pentecostal Holiness Church. Gelar BA dari Richmond University, MA dan Ph.D dari University of Georgia.
Howard M. Ervin (1915-2009): guru besar di Oral Robert University. Gelar BA dan Th.B dari Eastern Baptist Theological Seminary, MA dan BD dari New Brunswick Seminary, dan Th.D dari Princeton University.
H.I. Lederle: guru besar Theologia Sistematika di University of South Afrika dan Oral Robert University.
Karel dan Elisabeth Hoekendijk: perintis dan tokoh gerakan pantekostal di Suriname.
P.C. Nelson: seorang guru besar Alkitab dan tokoh pantekostal terkemuka di dunia yang menguasai 22 bahasa.
Roger Stronstad: guru besar Alkitab dan Theologia di Summit Pacific College. Editor The Life in The Spirit New Testament Commentary.
Russell P. Spittler: guru besar Perjanjian Baru dan dekan di Fuller Theological Seminary.
Simon Chan: guru besar Theologia Sistematika di Trinity Theological College. Gelar Ph.D dari Cambridge University. Editor di Trinity Theological Journal.
Stanley M. Burgess: guru besar Sejarah Kekristenan di Regent University. Editor The Encyclopedia of Pentecostal and Charismatic Movement.
Stanley M. Horton: guru besar Alkitab dan Theologia di Assemblies of God Theological Seminary. Gelar M.Div dari Gordon-Conwell Theological Seminary, S.T.M dari Harvard University, dan Th.D dari Central Baptist Theological Seminary.
William W. Menzies: guru besar studi Alkitab di Evangel College dan President Asia Pacific Theological Seminary. Gelar BA dari Central Bible College, MA dari Wheaton College dan Ph.D dari University of Iowa.

Lampiran 2
Pengakuan Iman dari beberapa gereja kalangan pantekostal, antara lain:
GBI: ...............................................
GPdI: .............................................
GSJA: ............................................ 
GIA:................................................
dan lain-lain......

Daftar Isi Buku Ini:
1.      Awal mula gerakan pantekostal di zaman modern:
a.       Charles fox Parham: foto, riwayat singkat dan pemahamannya ttg bahasa lidah
b.      William J. Seymour: foto, riwayat singkat dan pemahamannya ttg bahasa lidah

2.      Penjelasan istilah bahasa lidah, bukti awal dan baptisan dalam Roh Kudus

3.      Fenomena bahasa lidah dalam Alkitab, di luar lingkungan kekristenan dan dalam lingkungan kekristenan

4.      Hubungan baptisan dalam Roh Kudus dengan bahasa lidah

5.      Pendapat beberapa pakar Alkitab dan sejarawan pantekostal tentang bahasa lidah
6.      Tafsiran dari beberapa ayat Alkitab yang merupakan dasar ajaran bahasa lidah bukti awal baptisan dalam Roh Kudus:
a.       Kisah Para Rasul 2:1-4
b.      Kisah Para Rasul 8:10-12
c.       Kisah Para Rasul 10:45-46
d.      Kisah Para Rasul 19:1-6

7.      Perbedaan bahasa lidah sebagai bukti awal dan sebagai salah satu karunia Roh Kudus

8.      Bahasa lidah masih tetap berlangsung sampai kini:
a.       Tafsiran 1 Korintus 13:8-10
b.       tafsiran 1 Korintus 14:5,18,39

9.      Manfaat bahasa lidah sebagai bukti awal

10.  Lampiran-lampiran:
a.       Pengakuan iman beberapa gereja kalangan pantekostal
b.      Biodata singkat beberapa pakar Alkitab yang bukunya masuk daftar pustaka

Ringkasan dari materi buku saya yang akan dicetak (20 hlm dari 90 hlm)
Pendahuluan
Belasan tahun yang lalu, seorang mahasiswa di sebuah sekolah tinggi perikanan (sebut saja Richard) terlibat diskusi dengan rekannya (sebut saja Yakob) tentang fenomena bahasa lidah. Richard berasal dari kalangan bukan pantekostal, sedangkan Yakob adalah seorang aktivis dari kalangan pantekostal. Diskusi ini berjalan cukup alot, tapi dalam suasana persahabatan.
Setelah berlangsung selama satu bulan, Richard masih kurang puas dengan keterangan dari Yakob, sehingga Richard memutuskan untuk mengikuti ibadah di beberapa gereja dari kalangan pantekostal. Jadi pada hari minggu Richard beribadah di gerejanya, pada hari lain ia beribadah di gereja pantekostal.
Sampai suatu ketika Richard berkeinginan untuk mendapatkan apa yang disebut dengan bahasa lidah. Setiap ada altar call di kebaktian-kebaktian ataupun di KKR, Richard selalu maju altar call, dengan harapan ia mendapatkan bahasa lidah. Lima bulan sudah berlalu, tetapi bahasa lidah belum juga ia dapatkan. Akhirnya keinginan Richard untuk mendapatkan bahasa lidah surut, walaupun selain hari minggu ia tetap aktif beribadah di gereja-gereja pantekostal.
Pada suatu ketika Richard mengikuti ibadah KKR di Istana Kana. Kotbah sudah hampir selesai ketika Richard merasakan tubuhnya menggigil kedinginan, padahal selama ibadah yang sudah berlangsung sekitar satu setengah jam, ia tidak mengalami kedinginan. Awalnya Richard menganggap bahwa mungkin AC ruangan ibadah menjadi lebih dingin, tetapi rasa menggigilnya semakin kuat, sementara beberapa rekannya yang ibadah sama-sama tidak merasakan apa-apa.
Akhirnya saat altar call Richard maju, daripada menggigil di kursi, padahal sudah beberapa kali Richard tidak mau maju altar call lagi, karena tidak mendapatkan bahasa lidah. Saat tiba di depan dan bersama-sama memuji Tuhan, tiba-tiba Richard merasa ada yang menumpangkan tangan di kepalanya (mungkin salah satu hamba Tuhan yang termasuk tim dari si pengkotbah), saat itu juga Richard merasa tubuhnya rebah ke belakang, ia sadar bahwa ubin lantai dari keramik dan kalau jatuh, minimal kepala benjol atau tubuh memar, tetapi Richard memasrahkan saja dirinya jatuh ke lantai. Saat jatuh di lantai bibirnya tiba-tiba terasa tebal dan mulutnya mengucapkan kata-kata yang tidak ia mengerti secara cepat. Dan saat itu juga muncul perasaan sukacita dan kedamaian yang luar biasa yang Richard rasakan, sehingga ia tidak memperdulikan lagi keadaan di sekelilingnya, tapi ingin tetap berada dalam luapan perasaan sukacita tersebut.
Entah berapa lama Richard terbaring di lantai, tetapi ketika ia bangun dari lantai, orang-orang yang bersama-sama maju altar call sudah kembali ke tempat duduk masing, hanya tinggal Richard seorang diri di lantai. Beberapa hari kemudian saat mengikuti kuliah, Yakub menjelaskan kepada Richard bahwa Richard sudah mengalami apa yang ia dambakan selama lima bulan lebih, yakni bahasa lidah tanda bahwa Richard sudah mengalami baptisan dalam Roh Kudus. Keterangan yang sama Richard peroleh juga dari beberapa hamba Tuhan  dari kalangan pantekostal yang ia jumpai.
Beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh Richard kepada Yakub sebelum ia mengalami baptisan dalam Roh Kudus yang ditandai dengan berkata-kata dalam bahasa lidah, antara lain:
-          Apa arti bahasa lidah?
-          Apakah tujuan dan manfaat dari bahasa lidah?
-          Apakah setiap orang percaya harus berbahasa lidah?
-          Apakah baptisan dalam Roh Kudus itu?
-          Apakah baptisan dalam Roh Kudus selalu ditandai berkata-kata dengan bahasa lidah?
-          Apakah bahasa lidah masih tetap berlangsung sampai saat ini?
-          Bagaimana cara mendapatkan bahasa lidah?
-          Apakah Alkitab menjelaskan tentang bahasa lidah dan baptisan dalam Roh Kudus?
Richard hanya salah satu dari sekian banyak orang Kristen yang menanyakan hal-hal tersebut di atas. Melalui studi lapangan dan studi kepustakaan yang cukup komprehensif, penulis berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas secara sederhana, jujur, tidak mengurangi rasionalitas dan ditinjau dari segi teologis-historis-alkitabiah.
Sebelum menguraikan tentang bahasa lidah sebagai bukti atau tanda awal dari baptisan Roh Kudus, maka akan dijelaskan terlebih dahulu secara singkat awal mula gerakan pantekostal di zaman modern ini. Hal ini disebabkan baptisan dalam Roh Kudus yang ditandai dengan bahasa lidah sebagai bukti awal adalah salah satu ajaran terpenting dari gerakan pantekostal.
Kalangan pantekostal mengakui dua orang tokoh telah menjadi pemrakarsa dari gerakan pantekostal di zaman modern (pentecostal movement), bahkan salah satunya disebut sebagai Bapak Gerakan Pantekostal Modern.

1.     Awal Mula Gerakan Pantekostal di Zaman Modern (Pentecostal Movement)
Awal mula gerakan pantekostal di zaman modern (pentecostal movement) tidak terlepas dari pekerjaan Roh Kudus melalui dua orang tokoh (hamba Tuhan) yang menjadi pemrakarsa gerakan pantekostal di zaman modern. Mereka adalah Charles Fox Parham dan William Joseph Seymour.
Kalangan pantekostal di seluruh dunia mengakui bahwa kedua tokoh tesebut adalah pelopor atau pemrakarsa dari gerakan pantekostal di zaman modern, dimana salah satu ajaran mereka yang terpenting adalah tentang baptisan dalam Roh Kudus yang disertai atau ditandai dengan berkata-kata dalam bahasa lidah sebagai bukti alkitabiah (biblical evidence) yang seharusnya dialami oleh orang percaya.
1.1              Charles Fox Parham (4 Juni 1873 - 29 Januari 1929).
Menurut Aritonang (1995:174), seorang guru besar bidang sejarah gereja dan Rektor di STT Jakarta, awal gerakan pantekostal di zaman modern ini terjadi di kota Topeka, Kansas, AS.
Gerakan ini dipelopori oleh pendeta Charles Fox Parham. Hal senada juga diungkapkan oleh Hollenweger (1972), Spittler (1988) dan Brunner (1970). Parham disebut juga sebagai Bapak gerakan pantekostal modern (the father of pentecostal movement).
Pada tahun 1990 ia mendirikan sekolah Alkitab Bethel di Topeka. Melalui pendalaman Alkitab yang intensif dan kontinue serta didukung doa, maka para siswa sekolah Alkitab Bethel menyimpulkan bahwa kehadiran Roh Kudus adalah langkah utama untuk memenuhi panggilan sebagai penginjil.
Pada awalnya Parham adalah seorang pendeta dari gereja Metodis Episkopal, tetapi kemudian Parham meninggalkan gereja tersebut dan mempelajari lebih dalam lagi tentang penyembuhan ilahi, baptisan roh dan api dari beberapa hamba Tuhan yang melakukan pelayanan tersebut.
Pada tanggal 1 Januari 1901, Agnes N. Ozman meminta Parham untuk menumpangkan tangan dan berdoa baginya agar ia memperoleh baptisan dalam Roh Kudus. Tiba-tiba Agnes Ozman bisa berbahasa Cina, suatu bahasa yang tidak pernah dipelajarinya.
Menurut cerita saksi mata, ada lingkaran cahaya pada wajah dan kepala Ozman. Beberapa waktu kemudian para siswa sekolah Alkitab Bethel mengalami baptisan dalam Roh Kudus yang disertai bahasa lidah sebagai biblical evidence (bukti alkitabiah). Parham juga adalah pendiri dari Apostolic Faith Mission.
Menurut Goff (1988), di kemudian hari kalangan pantekostal menyatakan tanggal 1 Januari 1901 sebagai awal gerakan pantekostal di zaman modern.
Di kemudian hari, Parham menjelaskan keyakinannya tentang beberapa keunikan dari gerakan pantekostal, antara lain:
-          Bahwa pengalaman kontemporer seharusnya identik dengan kekristenan pada zaman para Rasul.
-          Bahwa bahasa lidah adalah bukti yang tidak dapat dibantah dari baptisan dalam Roh Kudus.
-          Bahwa karunia bahasa lidah akan memperlengkapi para penginjil di akhir zaman ini.

1.2              William Joseph Seymour (2 Mei 1870 - 28 September 1922).
Bishop W.J. Seymour adalah seorang keturunan Afrika-Amerika yang dilahirkan dari orang tua yang bekerja sebagai budak pada zaman itu. Tahun 1905 saat di Texas, ia pertama kali mendengar ajaran pantekostal dan akhirnya belajar di sekolah Alkitab yg didirikan oleh Charles Parham. Di kemudian hari, Seymour menjadi seorang pendeta dari Apostolic Faith Mission yang didirikan oleh Charles F. Parham. Seymour memulai pelayanannya di Azusa Street, Los Angeles. California. Disanalah pelayanan Seymour semakin berkembang.
Pada suatu ketika William J. Seymour mengalami baptisan dalam Roh Kudus yang disertai bahasa lidah sebagai bukti alkitabiah. Seymour membangun kepercayaan akan bahasa lidah sebagai pengesahan dari karunia Roh Kudus.
Pada tanggal 9 April 1906 di LA, California, setelah Seymor berkotbah tiga hari berturut-turut, khususnya tentang baptisan dalam Roh Kudus, maka terjadilah fenomena baptisan dalam Roh Kudus yang disertai berkata-kata dalam bahasa lidah kepada peserta yang hadir.
Peristiwa ini sampai menggemparkan wilayah pantai barat AS dan akhirnya di seluruh AS. Karena jumlah peserta yang mengikuti kebaktian yang dipimpin Seymour semakin banyak, maka mereka menyewa tempat bekas gedung gereja Metodis di Azusa Street. Di tempat inilah perkumpulan yang didirikan Seymour semakin berkembang, sehingga Seymour disebut sebagai Bapak kebangunan rohani Azusa Sreet (the father of Azusa Street Revival).
Di kemudian hari kalangan pantekostal mengakui William Joseph Seymour sebagai pemrakarsa dari gerakan pantekostal di zaman modern, sama seperti Charles Fox Parham.

2.     Istilah Bahasa Lidah
2.1            Etimologi bahasa lidah
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan bahasa lidah, antara lain glossolalia yang berasal dari bahasa Yunani glossa dan laleo. Glossa mempunyai dua arti umum, yaitu:
Pertama; ‘lidah’ salah satu dari alat tubuh untuk merasai (bandingkan Lukas 16:24) dan juga alat untuk berbicara (bandingkan Mazmur 5:10; Yakobus 3:5-9).
Kedua; ‘bahasa’ sistem perkataan-perkataan yang dipergunakan oleh bangsa atau kelompok tertentu (bandingkan Yesaya 45:23; Kisah Para Rasul 2:6,11; Wahyu 5:11). Laleo berarti ‘berkata-kata’ atau’ berbicara’. Jadi glossolalia berarti pembicaraan atau percakapan dengan lidah (bandingkan Moulton dan Milligan 1972, Jones dan McKenzie 1948).
Adapula istilah xenolalia atau xenoglossia yang berasal dari bahasa Yunani xenos yang berarti ‘asing’, ‘tidak biasa atau ‘luar biasa dan laleo yang berarti ‘berkata-kata’. Jadi xenolalia adalah berkata-kata dengan suatu bahasa yang tidak diketahui oleh si pembicara dan merupakan salah satu dari 3000 bahasa yang dikenal di dunia (lihat Kisah Para Rasul 2:4).
Dalam Alkitab bahasa Indonesia kata glossolalia diterjemahkan dalam beberapa istilah, antara lain: bahasa roh (Alkitab TB, edisi pertama, 1974), bahasa ajaib (Alkitab BIS, edisi kedua, cetakan kedua, 1995) dan bahasa lidah (Alkitab TB edisi kedua, cetakan pertama, 1997).
Menurut David Baker seorang guru besar Perjanjian Lama (pernah menjadi dosen PL dan Bahasa Ibrani di STT Jakarta), istilah bahasa roh dan bahasa ajaib merupakan suatu tafsiran, sedangkan terjemahan yang lebih tepat sesuai dengan kata aslinya adalah ‘bahasa lidah’ (bandingkan dalam bahasa Inggris speaking in tongues).
2.2            Bahasa lidah dalam Alkitab
Beberapa ayat Alkitab yang merupakan bukti keberadaan fenomena bahasa lidah dalam jemaat Perjanjian Baru atau gereja perdana, antara lain:
Markus 16:17
Alkitab Terjemahan Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya;... mereka akan berbicara dengan bahasa-bahasa yang baru bagi mereka...”
Alkitab BIS (sekarang disebut BIMK), edisi kedua, cetakan kedua, 1995:
“Sebagai bukti bahwa mereka percaya,.. mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang mereka tidak kenal...”
 Alkitab Terjemahan Baru, edisi pertama, 1974:
“Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya:... mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka...”
The New King James Bible, 1979:
“And these signs will follow those who believe:...they will speak with new tongues...”
Nederlands Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“Als tekenen zullen deze dingen de gelovigen volgen:... in nieuwe tongen zullen zij spreken...”
Kisah Para Rasul 2:4
Alkitab Terjemahan Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“... dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain...”
Alkitab BIS, edisi kedua, cetakan kedua, 1995:
“... dan mulai berbicara dalam bermacam-macam bahasa lain...”
Alkitab Terjemahan Baru, edisi pertama, 1974:
“... mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain...”
The New King James Bible, 1979:
“...and began to speak with other tongues,..”
Nederlands Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“...met andere tongen te spreken...”
Kisah Para Rasul 10:46
Alkitab Terjemahan Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“Sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa lidah...”
Alkitab BIS, edisi kedua, cetakan kedua, 1995:
“Sebab mereka mendengar orang-orang itu berbicara dalam pelbagai bahasa...”
Alkitab Terjemahan Baru, edisi pertama, 1974:
“Sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh...”
The New King James Bible, 1979:
“for they heard them speak with tongues...”
Nederlands Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“want zij hoorden hen spreken in tongen...”
Kisah Para Rasul 19:6
Alkitab Terjemahan Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“...dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa lidah...”
Alkitab BIS, edisi kedua, cetakan kedua, 1995:
“...lalu mereka mulai berbicara dalam bahasa-bahasa yang aneh...”
Alkitab Terjemahan Baru, edisi pertama, 1974:
“...dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh...”
The New King James Bible, 1979:
“...and they spoke with tongues...”
 Nederlands Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“...en zij spraken in tongen...”
1.Korintus 12:10
Alkitab Terjemahan Baru, edisi kedua, 1997:
“...karunia untuk berkata-kata dengan bahasa lidah...”
Alkitab BIS, edisi kedua, cetakan kedua, 1995:
“...kesanggupan untuk berbicara dengan berbagai bahasa yang ajaib...”
Alkitab Terjemahan Baru, edisi pertama, 1974:
“karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh...”
The New King James Bible, 1979:
“...different kinds of tongues...”
Nederlands Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“... allerlei tongen...”
1.Korintus 12:28
Alkitab Terjemahan Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“...untuk berkata-kata dalam berbagai jenis bahasa lidah...”
Alkitab BIS, edisi kedua, cetakan kedua, 1995:
“...untuk berbicara dengan berbagai bahasa yang ajaib...”
Alkitab Terjemahan Baru, edisi pertama, 1974:
“...untuk berkata-kata dalam bahasa roh...”
The New King James Bible, 1979:
“...varieties of tongues...”
Nederlands Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“...verscheidendheid van tongen...”
1.Korintus 14:5
Alkitab Terjemahan Baru, edisi kedua, cetakan pertama, 1997:
“...aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa lidah...”
Alkitab BIS, edisi kedua, cetakan kedua, 1995:
“...alangkah baiknya kalau saudara semua dapat berbicara dengan berbagai bahasa yang ajaib...”
Alkitab Terjemahan Baru, edisi pertama, 1974:
“...aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dalam bahasa roh...”
The New King James Bible, 1979:
“...I wish you all spoke with tongues,...”
Nederlands Bijbelgenootschap Haarlem, 1951:
“...Ik wilde wel, dat gij allen in tongen spraakt,...”

2.3            Pengertian bahasa lidah
Pengertian bahasa lidah menurut beberapa pakar Alkitab, antara lain:
William W. Menzies, seorang guru besar studi Alkitab di Evangel College dan mantan Presiden Asia Pacific Theological Seminary: “...bahasa lidah adalah berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal dan merupakan bukti dari baptisan dalam Roh Kudus...”
R.P. Spittler, seorang guru besar bidang Perjanjian Baru di Fuller Theological Seminary, AS (1988:339):”...bahasa lidah biasanya menunjukkan fenomena religius dengan membuat suara yang menyerupai suatu bahasa yang belum dikenal oleh si pembuat suara, dan seringkali disertai kondisi psikologis religius yang menggembirakan yang diluapkan melalui lidah yang bersumber dari Roh Kudus...”
P.C. Nelson, seorang guru besar yang mampu berbicara dalam 22 bahasa:”... bahasa lidah adalah suatu fenomena dimana lidah orang percaya digunakan secara adikodrati oleh Roh Kudus yang memenuhi orang tesebut untuk memuji perbuatan Allah yang besar...”
Elizabeth Hoekendijk, seorang tokoh Pantekostal dari Suriname:”... orang yang berbahasa lidah memuliakan Tuhan dengan kata-kata atau ucapan-ucapan yang akal budinya sendiri tidak mengerti. Pada waktu orang berbahasa lidah hatinya dipenuhi dengan kasih, damai, kegembiraan serta imannya semakin dikuatkan. Bahasa lidah diinspirasikan oleh Roh Kudus dan merupakan bukti dari baptisan dalam Roh Kudus...”
F. Macchia : “...bahasa lidah merupakan usaha untuk mengekspresikan perasaan yang meluap-luap yang tak terkatakan dengan bahasa atau kata-kata yang dikenal oleh manusia karena mengalami baptisan dalam Roh Kudus. Bahasa lidah juga merupakan tanda keakraban hubungan orang percaya dengan Allah...”
Donald Stamps (1994:1766): “...berbahasa lidah merupakan perwujudan adikodrati Roh Kudus berupa suatu ucapan bahasa (glossa) yang belum pernah dipelajari sebelumnya (Kisah Para Rasul 2:4; 1 Korintus 14:14-15) atau mungkin ucapan yang dikenal sebagai salah satu dari bahasa yang ada di dunia (Kisah Para Rasul 2:6-11) dan berbahasa lidah tidak dilakukan dalam keadaan kesurupan...”
Benyamin Soriton: “...bahasa lidah adalah ucapan-ucapan yang sifatnya adikodrati yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang percaya yang mengalami baptisan dalam Roh Kudus. Perkataan-perkataan yang diucapkan tidak pernah dipelajari sebelumnya oleh si pembicara dan tidak dipahami oleh akal si pembicara...”
David Watson: "...setiap bahasa pada dasarnya memakai bermacam-macam bunyi atau suku kata sebagai alat komunikasi. Apabila roh saya berkomunikasi atau berdoa dengan Allah yang bersifat Roh, tidak perlu saya dibatasi kepada bunyi-bunyian yang kebetulan terdapat dalam bahasa ibu saya. Bunyi atau suku kata apa saja boleh dipakai, asalkan benar-benar menjadi alat komunikasi antara roh saya dengan Roh Allah... bahasa lidah bukan irrasional (tidak masuk akal), tetapi trans-rasional (melewati akal) atau supra-rasional (di atas akal).

3.     Bahasa Lidah Sebagai Bukti Awal
Ada beberapa istilah yang muncul mengenai bahasa lidah yang berhubungan dengan baptisan dalam Roh Kudus, antara lain:
-          Initial evidence (bukti awal); artinya orang percaya yang dibaptis dalam Roh  Kudus ditandai dengan berbahasa lidah sebagai bukti awal.
-          Initial physical evidence (bukti fisik awal); kalangan gereja sidang jemaat Allah meyakini bahwa istilah bukti awal untuk bahasa lidah tidak cukup, tetapi yang lebih tepat adalah bahasa lidah sebagai bukti fisik awal (initial physical evidence).
Hal ini untuk membedakan antara fenomena bahasa lidah dengan fenomena yang menyangkut bukti perasaan (sukacita, kegembiraan, menangis, tertawa). Artinya orang percaya yang bersukacita, menangis atau tertawa tidak berarti sudah mendapatkan bahasa lidah (bandingkan Aker, 1988).
-          Biblical evidence (bukti Alkitabiah); istilah bahasa lidah sebagai bukti Alkitabiah (biblical evidence) dicetuskan pertama kali oleh Charles Fox Parham. Parham mengatakan bahwa bahasa lidah adalah bukti yang alkitabiah, umum dan seragam dari baptisan dalam Roh Kudus (bandingkan Synan, 1997).
-          Ajaran bahasa lidah sebagai bukti awal baptisan dalam Roh Kudus bagi kalangan pantekostal adalah sama pentingnya seperti ajaran jaminan kekal dari kalangan Baptis, predestinasi dari kalangan presbyterian, kesempurnaan Kristen dari kalangan Metodis.

3.1            Pandangan beberapa pakar Alkitab tentang bahasa lidah sebagai bukti awal
-          Stanley M. Horton, seorang guru besar terkemuka dari Assemblies of God Theological Seminary menolak bukti lain (nubuat, penyembuhan ilahi) sebagai bukti awal baptisan dalam Roh Kudus. Menurut Horton hanya bahasa lidah satu-satunya bukti awal baptisan dalam Roh Kudus.
-          Hal senada juga diungkapan oleh Howard Ervin seorang guru besar dari Universitas Oral Robert dan oleh Ronald Minor seorang tokoh terkemuka dari Church of God.
-          Menurut David Bernard, baptisan dalam Roh Kudus selalu disertai berkata-kata dengan bahasa lidah sebagai bukti awal. Berkata-kata dengan bahasa lidah adalah berbicara oleh pekerjaan ajaib Roh Kudus dalam bahasa yang tidak dikenal oleh si pembicara itu sendiri.
-          Harold Horton, seorang tokoh pantekostal dari Inggris mengatakan bahwa bukti dari baptisan air di Yerusalem, Kaisarea dan Efesus bukan iman ataupun kasih, tetapi orang yang dibaptis menjadi basah. Sama halnya dengan bukti dari baptisan dalam Roh Kudus di Yerusalem, Kaisarea dan Efesus, bukan iman atau  kasih, tetapi orang yang dibaptis dalam Roh Kudus berkata-kata dalam bahasa lidah.
-          Donald Stamps menyatakan bahwa berkata-kata dalam bahasa lidah oleh jemaat perdana zaman Perjanjian Baru dipandang sebagai tanda ilahi yang menyertai baptisan dalam Roh Kudus.
-          Eugene Ness, seorang tokoh pantekostal menerangkan bahwa berdasarkan tafsiran atas Kisah Para Rasul 2:4, maka bagi kalangan pantekostal  baptisan dalam Roh Kudus tidak dianggap sebagai suatu keperluan untuk keselamatan, melainkan merupakan kekuatan bagi orang percaya untuk pelayanan pekabaran Injil.
Tanpa adanya baptisan dalam Roh Kudus yang disertai berkata-kata dalam bahasa lidah, maka gereja tidak dapat menjadi gereja yang misioner.
-          Menurut  Ness (1997) dan Lederle (1988), rasul Petrus mengetahui bahwa Kornelius sekeluarga dan seisi rumah telah mengalami baptisan dalam Roh Kudus bukan melalui iman, kasih maupun buah Roh, karena sebelum mengalami baptisan dalam Roh Kudus, Kornelius adalah seorang yang sungguh-sungguh saleh, alim dan taat (bandingkan Kisah Para Rasul 10:2).
Rasul Petrus mengetahui Kornelius mengalami baptisan dalam Roh Kudus karena Kornelius berkata-kata dalam bahasa lidah (bandingkan Kisah Para Rasul 10:15; 15:8; 19:2-6). Baptisan dalam Roh Kudus selalu bersamaan dengan berkata-kata dalam bahasa lidah.
-          Carl Brumback menegaskan bahwa pengalaman kekristenan apostolik dan kontemporer haruslah identik dengan bahasa lidah sebagai bukti yang tidak terpisahkan dari baptisan dalam Roh Kudus.
Bersamaan dengan baptisan dalam Roh Kudus, maka Roh Kudus memberi kepada orang yang dibaptis dalam Roh Kudus kesanggupan untuk berbahasa lidah pada saat itu juga.

4.     Fenomena Bahasa Lidah
4.1            Di luar lingkungan kekristenan
Fenomena bahasa lidah tidak hanya terdapat di lingkungan kekristenan, tetapi terdapat juga di luar lingkungan kekristenan. Mereka yang dirasuk oleh sesuatu yang ilahi, lalu berkata-kata dengan bahasa ekstatik. Dengan bahasa ekstatik itu, mereka yakin bahwa mereka sedang bercakap-cakap dengan yang ilahi.
Beberapa contoh fenomena bahasa lidah yang terjadi di luar lingkungan kekristenan seperti yang disebutkan oleh Dunn (1988), Forbes (1986) dan Talaway (1986), antara lain:
-          Dalam sebuah cerita tradisional, diceritakan tentang Pythia, seorang imam wanita di Delphi. Pada suatu ketika Pythia masuk ke kuil dewa Apollo, lalu ia minum air suci dan mengunyah daun salam. Pada saat itu ia mengalami keadaan trance atau tidak sadar. Dalam keadaan trance ia mengucapkan kata-kata ekstatik yang dicatat oleh imam-imam.
-          Celsus pada abad kedua Masehi menceritakan tentang orang-orang yang merasa diilhami oleh yang ilahi. Mereka berkata-kata sendiri dengan ucapan-ucapan aneh, fanatik dan tidak dipahami secara akal.
-          Dalam agama misteri, pengikut Dionysius yang dipenuhi oleh kuasa ilahi, mengucapkan perkataan-perkataan dari yang ilahi. Mereka dalam keadaan ekstasi atau tidak sadar ketika mengucapkan kata-kata ilahi tersebut.
-          Dalam laporan Wenamon dari Byblos di pantai Siria-Palestina, yang ditulis sekitar tahun 1100 sebelum Masehi, menyebutkan tentang seorang pemuja dewa Amon yang dirasuki oleh ilah, lalu berkata—kata dalam bahasa ekstatik.
-          Virgil yang hidup sekitar tahun 70 sebelum Masehi, menjelaskan tentang imam perempuan Sybylline di pulau Delos, dalam keadaan ekstasi berkata-kata dalam bahasa yang kadang-kadang dimengerti oleh orang dan kadang-kadang tidak dimengerti.
-          Di Siberia, baik laki-laki maupun perempuan bisa dirasuki oleh roh dan berada dalam keadaan ekstasi. Dalam keadaan ekstasi itu, mereka dapat berkomunikasi dengan roh yang merasukinya dengan bahasa yang tidak dikenal.
-          Hal yang serupa juga terjadi di antara orang Ainu di Jepang, orang Gung di Taiwan, orang Indian Yaruro di Venezuela, orang Akawaio di British Guiana, orang Saoran dari Orisa di India, dan masih banyak lagi.
Penulis sendiri sebagai praktisi dan dosen bidang Okultisme dan Konseling yang sudah berkeliling lebih dari 20 kota propinsi di Indonesia, sering melihat dan mendengar bahasa ekstatik (bahasa lidah palsu) yang diucapkan oleh paranormal, dukun, orang sakti yang sedang dirasuk oleh roh. (Hal ini diuraikan dalam buku penulis yang berjudul Perdukunan, Ilmu Klenik dan Kekristenan: suatu tinjauan tentang okultisme secara teologis-historis-alkitabiah)

4.2            Di dalam lingkungan kekristenan
Beberapa contoh fenomena bahasa lidah yang terjadi dalam lingkungan kekristenan seperti yang disebutkan oleh Ness (1997), Hoekema (1968), Wagner (1991), antara lain:
-          Tertulianus, seorang bapak gereja dan teolog besar yang hidup di abad kedua Masehi mengatakan bahwa bahasa lidah dipraktekkan oleh kaum Montanis.
-          Ireneus, seorang bapak gereja dan teolog besar yang hidup se zaman dengan Tertulianus mengatakan bahwa ia mendengar banyak orang Kristen di gereja berkata-kata dalam bahasa lidah.
-          Agustinus, seorang bapak gereja dan teolog yang hidup di abad keempat Masehi menulis bahwa orang-orang yang bertobat akan berkata-kata dalam bahasa lidah seperti zaman para Rasul.
-          Chrysostomos, seorang teolog yang hidup pada akhir abad keempat menulis bahwa orang percaya yang hidup pada zaman para Rasul akan berkata-kata dalam bahasa lidah.
-          Philip Schaff mengatakan bahwa fenomena bahasa lidah muncul dari waktu ke waktu, misalnya di dalam kelompok Irving (1831)
-          Fransiskus Xaverius, seorang teolog Katolik pernah berkotbah dengan bahasa yang tidak ia mengerti.
-          Daniel Awery, seorang penginjil dari Amerika, pada tanggal 1 Januari 1890, sesaat setelah berdoa, Roh Allah turun atasnya dan ia mulai berkata-kata dalam bahasa lidah. Pada tahun 1899, melalui pelayanannya dua belas orang menerima baptisan dalam Roh Kudus dan berbahasa lidah.
-          Robert Singleton, seorang pendeta dari Parish Mountain Holiness Baptist di Carolina Selatan, AS mengatakan bahwa pada tahun 1905 terjadi fenomena bahasa lidah pada beberapa orang dalam jemaatnya.
-          Pada tahun 1890-an, John Thompson, seorang pendeta dari Swedish Mission Church di Minnesota, AS berkotbah dan kuasa Allah turun, lalu orang-orang berjatuhan dan berbahasa lidah.
-          Pada tahun 1896, Rasmus Kristensen, seorang pendeta dari Gereja Metodis pertama di South Dakota berkotbah dan kuasa Allah turun, orang-orang dibaptis dalam Roh Kudus dan berbahasa lidah.
-          Pada tahun 1899, C.M. Hanson, seorang pendeta dari Minnesota dibaptis dalam Roh Kudus dan mulai berbahasa lidah.
-          Fenomena bahasa lidah juga menyertai pelayanan  para tokoh kebangunan rohani seperti:John Wesley, Charles G. Finney, D.L. Moody dan lain-lain.
-          Pada awal abad keduapuluh, T.B. Barratt, seorang pendeta dari Gereja Metodis Episkopal di Norwegia menerima baptisan dalam Roh Kudus yang disertai berkata-kata dengan bahasa lidah.
-          Peter Wagner seorang guru besar terkemuka bidang misi di Fuller Thological Seminary, AS yang meyakini bahwa bahasa lidah masih tetap berlangsung sampai saat ini.
-          Robert Tuttle, seorang pendeta United Metodis dan dosen bidang bahasa-bahasa Alkitab di Fuller Theological Seminary mengatakan: “...percayalah, saya tahu apa artinya mempelajari suatu bahasa. Saya menggumuli bahasa-bahasa Alkitab setiap hari...saya berbahasa lidah, sebab saya percaya bahwa itu suatu bahasa. Kosa kata saya bertambah banyak. Saya dapat mengenal struktur kalimat. Bahasa lidah saya memiliki tanda titik, koma dan tanda seru...”
-          Harald Bredesen, seorang gembala North County Christian Centre di California meyakini bahwa bahasa lidah memenuhi kebutuhan orang percaya akan suatu bahasa yang baru untuk ibadah, doa dan pujian.
-          Dennis Bennett, seorang tokoh gereja pantekostal dan kharismatik menceritakan terjadinya fenomena bahasa lidah:
 ...seorang tentara Amerika telah menikah dengan seorang wanita Jepang yang tetap mempertahankan kepercayaan budhisnya. Sesudah mengikuti kebaktian sore hari, mereka berdua berlutut di hadapan meja mezbah. Wanita itu mengucapkan doa-doa agama Budha, sedangkan si tentara berdoa kepada Tuhan Yesus. Tiba-tiba wanita Jepang itu memegang tangan suaminya karena mendengar seorang wanita Amerika berbicara dalam bahasa Jepang. “wanita ini,... katanya dengan suara gemetar, “bicara kepada saya dalam bahasa Jepang. Dia berkata, “ibu sudah mencoba agama Budha dan ibu merasa dikecewakan. Mengapa ibu tidak mencoba Yesus Kristus?”
 Wanita ini tidak memakai bahasa Jepang  yang biasa, tetapi dengan bahasa Jepang yang tinggi, bahasa keagamaan. Lagi pula ia mengucapkan nama saya yang lengkap dalam bahasa Jepang yang tidak diketahui oleh seorang pun disini...”
-          Elisabeth Hoekendijk, seorang tokoh gereja pantekostal dari Belanda menceritakan sebuah peristiwa di mana terjadi fenomena bahasa lidah: “Tommy Hicks, seorang penginjil dari Amerika suatu saat berkotbah di kota Rostov, Rusia. Ia dibantu seorang penerjemah wanita Rusia, tetapi di tengah-tengah kotbahnya si wanita penerjemah itu menjadi marah dan menolak menerjemahkan kesaksian tentang mukjizat-mukjizat yang diberitakan oleh Hicks. Si wanita penerjemah itu lalu meludahi wajah Hicks dan berkata: “omong kosong ini, saya tidak mau menerjemahkannya!” Lalu ia pun pergi meninggalkan Hicks di mimbar. Hicks menghapus wajahnya dari ludah si wanita penerjemah, dan dalam keadaan kebingungan, Hicks berdoa dan dengan iman mulai melanjutkan kotbahnya dengan berkata-kata dalam bahasa lidah. Hicks melihat bahwa para pendengarnya mengerti dan merespon yang dikatakannya, walaupun Hicks sendiri tidak mengerti sepatah katapun yang diucapkannya. Ternyata Hicks berbicara dalam bahasa Rusia, suatu bahasa yang belum pernah ia pelajari sebelumnya.”




URAIAN SELENGKAPNYA ADA DALAM BUKU SAYA YANG AKAN DICETAK.............

Penulis: Meisilo Mewengkang, M.Th

3 komentar:

  1. Email penulis (meisilo mewengkang): demonisasi@gmail.com

    BalasHapus
  2. Email penulis: demonisasi@gmail.com

    BalasHapus
  3. Mohegan Sun: Now Open! | Klahomacasinoguru
    We are open and excited 블랙 잭 애니 to 스크릴 welcome you back to Titanium Sheet a world at play! 빡촌 후기 Mohegan Sun is open for in person gaming, dining, hotel and 7 포커 more.

    BalasHapus